Sabtu, 21 Juli 2012

Sebuah Catatan Kecil, Bandung - Sangkali, Tasikmalaya


Minggu, 15 Juli 2012 kemarin saya dapet undangan ngisi materi “How Get Your Success Study” di acara MOPD di SMKN Pancatengah, Tasikmalaya. Sekolah tempat dampingan saat saya mengikuti program Pendampingan SMK Wilayah Jawa Barat dan Bengkulu akhir tahun 2010 lalu. Saya memilih berangkat hari Sabtu 14 Juli, dengan asumsi perjalanan yang menghabiskan waktu seharian karena macet dan memang lokasi yang nun jauh disana. Perjalanan yang lumayan panjang karena macet yang luar binasa, 8,5 jam (biasanya 5 jam) dari Bandung – Tasik bikin duduk dah gak nyaman aja (curcol :P). Sampai di SMK langsung di sambut dengan jamuan khas di sana, nasi liwet plus teman-temannya.

Papan Identitas MTs Sangkali Foto by Pri
Minggu, 15 juli saya mengisi acara MOPD dengan peserta ±220 orang. Saya membawakan materi “How Get Your Success Studyyang isinya kurang lebih bagaimana mengoptimalkan sukses di sekolah. Sukses yang bukan hanya sukses akademis saja, tapi juga sukses berorganisasi. Materi dan silaturahim dengan guru-guru plus obrolan-obrolan ringan tentang perkembangan sekolah pun selesai, sesuai rencana saya coba hubungi pak Anas dari Sangkali, Cikatomas dan mba Justina dari MI Cayur, Cikatomas. Oh iya, mba Justina ini salah seorang penggerak sosial dan pendidikan di daerah Cayur, Cikatomas yang sekarang menangani MTs Cayur. Sedangkan Pak Anas merupakan pengelola yayasan pendidikan didaerah Sangkali, Cikatomas. Nasib sekolah yang sedang mereka kelola asalnya mati segan hidup pun tak mau, sampai akhirnya melalui tangan-tangan mereka lah sekolah ini kembali merangkak maju, menjemput para anak-anak bangsa untuk menancapkan cita-citanya halahh. 

 "Museum" MTs Sangkali, foto by : Pri
Akhirnya kami pun bertemu di SMKN Pancatengah, dilanjutkan dengan sharing tentang kondisi daerah dan sekolah yang mereka kelola. Setelah diskusi panjang lebar lalu diputuskanlah untuk mengunjungi desa Sangkali, tempat pak Anas mengelola sekolah MTs Sangkali. Karena hari semakin sore, keputusan segera diambil dan berangkatlah kita menuju desa Sangkali dengan kondisi jalan beroffroad ria. Tepat adzan magrib kita sampai di rumah pak Anas. Setelah shalat magrib saya langsung dikenalkan sama keponakan pak Anas, kang Anton. Beliau salah seorang pemuda yang berpengaruh didaerah Sangkali.  Karya nyata kang Anton ialah membuat irigasi dan kirmir di daerah Desa Sangkali dan sekarang sedang mengkonsep membuat WTP (Water Treatment Plant) untuk menglirkan air dari sumber mata air yang selanjutnya dialirkan ke rumah-rumah warga. Daerah Sangkali memang terbilang sangat susah air. Ketika musim kemarau, sudahlah pasti akan kesulitan air, dan kebanyakan warga di Sangkali mengambil air melalui pipa-pipa yang di sambungkan ke mata air yang jauhnya sekitar 2km.
Curug Dendeng, Niagara nya Tasikmalaya
Pagi hari, Senin,16 Juli saya diajak berkeliling di daerah Sangkali, melihat-lihat sekolah MTs Sangkali plus “Museum” MTs Sangkali. Dinamakan museum karena bangunan inilah bangunan pertama MTs Sangkali, bangunannya tua yang sudah sudah kusam dengan tambalan di sana sini. Namun dengan kondisi bangunan yang seperti itu, bangunan ini masih kerap kali dipakai untuk proses belajar mengajar, karena kondisi ruangan yang masih kurang untuk menampung siswa. MTs Sangkali di dirikan sejak tahun 1980 (kalo gak salah nagkep :p) dengan sumber dana dari swadaya keluarga dan masyarakat sekitar. Hingga saat ini MTs Sangkali masih mengandalkan sumber dana dari swadaya masyarakat dan sedikit bantuan dari pemerintah melalui program BOS. MTs Sangkali telah memiliki ruangan baru plus satu ruangan "museum" yang masih kerap dipakai dalam proses belajar mengajar. Saya pun diajak untuk melihat kondisi RA (PAUD) dengan aktivitas anak-anak yang kelibihan tenaga berlarian kesana kemari dan MI Sangkali yang menjadi supply utama siswa ke MTs Sangkali.

Siang harinya saya diajak mengunjungi curug yang ada di daerah sana, Curug Dendeng namanya. Curug ini berada di perbatasan daerah Cikatomas dan Pancatengah, sayang sekali saat mengunjungi curug Dendeng airnya sedang surut. Jika kondisi air di curug ini sedang besar, nih curung mirip Sungai Niagara, yah Niagara yang tersembunyi di pedalaman Tasikmalaya. Kami pun segera menyantap perbekalan yang memang sengaja dibawa, ikan bakar dengan teman-temannya :D 

Pukul 15.20 kami sudah kembali di kediaman pak Anas, kemudian berdiskusi kembali, apakah akan jadi juga silaturahim ke Desa Mandalamekar atau tidak, mengingat waktu yang sangat sempit, karena saya hari Selasa, 17 Juli harus sampai di Bandung.

****Bersambung****

Minggu, 22 April 2012

Siapa makhluk yang imannya paling mempesona?

Mungkin cerita ini sudah sering dan tidak aasing lagi di mata pembaca sekalian, tapi saya selalu gak bosan-bosan baca cerita ini, sebuah cerita yang semakin membuat rasa kerinduan kepada Rasulullah memuncak, rasa ingin bersua dengan beliau, ingin bercengkrama langsung dengan Beliau, Ya Nabi salam álaika,  Ya Rasul salam álaika...Kami rindu padamu Ya Rasulullah, kami cinta padamu Ya Rasulullah....
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Dini hari di Madinah Al Munawwarah.
Kusaksikan para sahabat berkumpul di masjidmu. Angin gurun membekukan kulitku. Gigiku gemertak. Kakiku tergoncang....
Tiba-tiba pintu hujrahmu terbuka. Engkau datang, ya Rasul Allah. Kupandang dikau...

Assalamu'alaika ya Nabi wa rahmatullah ...
Assalamu'alaika ya Nabi wa rahmatullah ....

Kudengar salam bersahut-sahutan. Engkau tersenyum, ya Rasul Allah, wajahmu bersinar. Angin gurun berubah hangat.
Cahayamu menyusup seluruh daging dan darahku.

Dini hari Madinah berubah siang yang cerah. Kudengar engkau berkata, "Adakah air pada kalian?". Kutengok cepat gharibah-ku. Para sahabat sibuk memperlihatkan kantong kosong.

Tidak ada setetespun air, ya Rasul Allah. Kusesali diriku.

Mengapa tak kucari air sebelum tiba di masjidmu. Duhai bahagianya jika kubasahi wajah dan tanganmu dengan percikan-percikan air dari gharibah-ku. Tapi ratusan sahabat berdesakan mendekatimu.

Kau mengambil gharibah kosong. Kau celupkan jari-jarimu.

Subhanallah, kulihat air mengalir dari celah-celah jarimu. Kami berdecak, berebut wudhu dari pancaran sucimu. Betapa sejuk air itu ya Rasul Allah. Betapa harum air itu, ya Habib Allah. Kulihat Ibnu Mas'ud meneguk air itu sepuas-puasnya.

Qod qomatis solah Qod qomatis solah.

Duhai bahagianya solat di belakangmu. Ayat-ayat suci mengalir di belakangmu. Melimpah memasuki jantung dan pembuluh darahku.

Usai solat kau pandangi kami. Masih dengan senyum sejuk itu. Cahayamu, ya Rasul Allah, tak mungkin kulupakan. Ingin kubenamkan setitis diriku dalam samudera dirimu. Ingin kujatuhkan sebutir debuku dalam sahara tak terhinggamu.

Kudengar kau berkata lirih,
"Ayyuhal halqi a'jabu ilaikum imanan?"
("Siapa makhluk yang imannya paling mempesona?")

"Malaikat ya Rasul Allah," "Bagaimana mereka tidak beriman?
Bukankah mereka berada di samping Allah?"

"Para Nabi, ya Rasul Allah?" "Bagaimana Nabi tidak beriman?
Bukankah kepada mereka turun wahyu Allah?"

"Kami, para sahabatmu," "Bagaimana kalian tidak beriman?
Bukankah aku berada di tengah-tengah kalian? Telah kalian saksikan apa yang kalian saksikan,"

"Kalau begitu, siapa mereka ya Rasul Allah?"

Langit Madinah bening....
Bumi Madinah hening....
Kami termangu....

Siapakah gerangan yang imannya paling mempesona?

Kutahan nafasku, kuhentikan detak jantungku. Kudengar sabdamu,
"Yang paling menakjubkan imannya, mereka yang datang sesudahku, beriman kepadaku, padahal tidak pernah berjumpa dan melihatku. Yang mempesona imannya, mereka yang tiba setelah aku tiada, yang membenarkanku tanpa pernah melihatku,"

"Bukankah kami ini saudaramu juga, ya Rasul Allah?"
"Kalian sahabat-sahabatku. Saudaraku adalah mereka yang tidak pernah berjumpa denganku. Mereka beriman kepada yang ghaib, menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka,"

Kami terpaku.
Langit Madinah bening.
Bumi Madinah hening.

Kudengar lagi engkau berkata, "Alangkah rindunya daku kepada mereka. Alangkah bahagianya aku memenuhi mereka,"Suaramu parau, butir-butir air matamu tergenang.
Kau rindukan mereka, ya Rasul Allah.
Kau dambakan pertemuan dengan mereka, ya Nabi Allah...
Kau dambakan mereka, ya Habiballah....

Wahai Rasulullah, kau ingin bertemu dengan mereka yang tak pernah dijumpaimu, mereka yang bibirnya selalu bergetar menggumamkan salawat untukmu. Kau ingin datang memeluk mereka, memuaskan kerinduanmu. Kau akan datang kepada mereka yang mengunjungimu dengan salawat.

Masih kuingat sabdamu, "Barangsiapa yang datang kepadaku, aku akan memberinya syafaat di hari kiamat."

Yâ wajîhan 'indallâh, isyfa'lanâ 'indallâh.
Wahai yang mulia di sisi Allah, berikanlah syafaat kepada kami di sisi Allah...

(Hadits pada tafsir Ad Durr Mantsur, berkenaan dengan Q.S. Al Baqarah:03)
 

Sabtu, 04 Juni 2011

Resensi Film : "Front of the Class"

Seperti biasa, jika sudah didepan komputer saya gak bisa diem, browsing sana-sini. Awalnya saya iseng memasukan keyword "Film Pendidikan" di mesin pencari. Alhasil muncullah ribuan link yang memuat tentang keyword yang saya masukan. Akhirnya mata saya tertuju pada sebuah blogsite, saya buka blog tersebut dan muncullah beberapa link download untuk itu. Ada sebuah judul yang menarik, "Front of The Class" dan saya putuskan untuk mendownload tuh film. Selesai mendownload ternyata banyak hikmah yang didapatkan dari film tersebut, dan inilah resensi filmnya...


Front of the Class didasarkan pada kisah nyata Brad Cohen seorang penderita Tourette Syndrome. Ohh iya Tourette syndrome sendiri adalah suatu gangguan saraf dan perilaku (neurobehavioral disorder), dicirikan oleh aksi tak disadari, berlangsung cepat (brief involuntary actions), berupa tics vokal dan motor, juga disertai gangguan kejiwaan (psychiatric disturbances). Sejak kecil, Cohen sering dihina oleh teman-temannya, bahkan gurunya sendiri pun sampai kesal dengan prilaku yang diakibatkan oleh tourette syndrome yang diderita Cohen. Begitu pun Ayahnya, dia masih belum bisa menerima kala sang anak menderita tourette syndrome, hanya Ibuny lah yg selalu manguatkan Cohen.

Cohen kecil pun akhirnya lulus dan kembali melanjutkan sekolahnya, namun dengan sekolah yang baru, teman-teman yang baru, guru-guru yag baru, ternyata tetap tidak merubah nasib Cohen kecil, ia seperti di diskriminasikan dari kelasnya. Hingga pada suatu hari, saat KBM berlangsung, tak sengaja kembali Cohen kecil menganggu seisi kelas dengan bunyi-bunyian yg ia keluarkan dikarenakan pengaruh tourette syndrome yang dideritanya. sang guru pun kesal dan akhirnya menyuruh Cohen menghadap kepala sekolah. Akhirnya datanglah Cohen menghadap kepala sekolah. Singkat cerita, Cohen pun disuruh untuk datang di acara orkestra sekolah oleh kepala sekolah. Tentu Cohen menolak, karena dengan datangnya dia di acara tersebut bisa menganggu jalannya acara. Namun kepala sekolah tetap untuk menyuruhnya datang di acara tersebut.

Dan tebakan Cohen pun benar, sepanjang orkestra tersebut Cohen tak henti-hentinya mengeluarkan suara-suara yang tak lazim yang menggangu jalannya acara. Beberapa anak yang teman sekolah juga memintanya untuk diam, mencacinya dan bahkan memandangnya penuh kebencian. Hanya karena suara yang ditimbulkan oleh Cohen tersebut. Setelah acara selesai sang kepsek naik kepodium, dan menjelaskan asal dari suara tersebut, dan akhirnya kepsek memfasilitasi keinginan Cohen yang ingin diperlakukan seperti orang lain pada umumnya. Dari sinilah asal muasal Cohen ingin menjadi seorang guru.

Cerita berlanjut ke dalam kehidupan dewasa Cohen. Cohen yang berhasil lulus Universitas dan langsung mengajukan proposal diri di berbagai sekolah untuk bisa bekerja, ya...bekerja sesuai impiannya yaitu mengajar sebagai guru. Jalan yang ditempuh Cohen tidaklah semulus yang didiga. Tourette syndrom lagi-lagi yang menjadi alasan penolakan dari berbagai sekolah. Cohen pun sempat frustasi. Ia lalu mengisi waktu sebagai buruh lepasan ditempat Ayahnya bekerja. Hubungan Cohen dengan Ayahnya kurang baik semenjak Ayahnya menikah lagi wanita lain. Cohen berspekulasi kalau Ayahnya tidak menerima keberadaannya sehingga lari dari kenyataan. Ayahnya pun hanya membiarkan hubungan anak ayah tersebut tetap berlanjut, namun dalam suatu kondisi yang kikuk dan hanya “sekedar” saja.

Akhirnya kesempatan yang ditunggu pun tiba, seorang Kepala Sekolah dalam suatu wawancara yang melibatkan semua unsur sekolah mulai dari kepsek, staffsekolah hingga guru mewawancarai Cohen. Semuanya sangat antusias dan akhirnya Cohen pun mendapatkan pekerjaan sebagai guru. Saat mengajar anak-anak Cohen sangat antusias dengan pekerjaannya sebagai guru. Usahanya Cohen untuk mengajar kelas tak sia-sia, Cohen menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Para murid, pada awalnya menghina kekurangan Cohen tersebut. Namun, Cohen dengan sabar menjelaskan tentang penyakit yang dideritanya. Hal pun berlanjut hingga dia mendapatkan predikat Guru Terbaik sekawasan daerah disana.


Film ini penuh dengan inspirasi yang disampaikan dengan gaya yang ringan, gampang dicerna dan tidak rumit. Berbagai scene yang ditampilkan dalam film ini benar-benar sangat menyentuh hati, terlebih pada mereka yang sering menganggap sebelah mata orang” cacat. Pelajaran inti dari film ini adalah jangan pernah menyerah seburuk apapun cobaan yang kamu alami, karna pada akhirnya, selalu ada jalan untuk mencapai kebahagiaan

Film "Front of the Class" ini sangat memberikan inspirasi, layak untuk ditonton terutama bagi para guru dan pelajar.

Jumat, 22 April 2011

Sahabat

Sebuah nasyid lawas era tahun 2002 (kalo gak salah :p) yang disenandungkan oleh Shoutul Haq, sebuah nasyid yang sangat ber-Ruh. Bercerita tentang seorang sahabat yang berjuang bersama namun pada akhirnya ia harus berpisah jua. Lirik ini spesial untuk my big brader yg jauh dirantau sebrang sana, semoga hati kita selalu tertaut dan kelak kembali dikumpulkan di dalam jannahNya..Amin...



Sahabat By Shoutul Haq

Telah lama kita bersama
Berjuang tegakkan agama
Kita rungi bersama suka
Duka perjuangan

Karena takdir dari Illahi
Kini semua tinggallah kenangan
Engkau telah jauh disana
Berjuang dirantau sebrang

Oh Tuhan...
Satukanlah Hati kami
Walau dimanapun kami berada
Oh Tuhan...
Kuatkanlah jiwa ini
Dalam meneruskan perjuangan

Tetap kenanglah aku disana
Dalam do'a dikeheningan malam
Kan kurengkuh engkau disana
Dalam do'a-do'a malamku

Kamis, 21 April 2011

Mari Bicara Sejenak tentang Rasa Sepi Seorang Ibu

rangtalu.wordpress.com
Sebuah ungkapan terimakasih yang tak berujung untuk ibu...ibu...dan ibu..yang selama ini telah mengajarkan arti cinta. Engkau lah madrasah cinta ku, Engkaulah sekolah yang punya satu mata pelajaran yaitu "Cinta", sekolah yang hanya mempunyai satu guru yaitu "Pecinta", sekolah yang semua mudinya hanya diberi satu nama yaitu "Anaku Tercinta"...

Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah cinta yang tak terbatas. Meskipun terkadang cinta itu tak berbalas. Atas nama cinta, apa pun akan dia jalani asal kebutuhan anaknya terpenuhi. Apapun akan diusahakan, asal keinginan anaknya terwujud. Apapun akan dia lakukan asal anaknya bisa sukses dan berhasil. Itulah energi cinta dari seorang ibu.
Energi itu begitu kuat. Tak jarang, seorang ibu kemudian harus melakukan semua itu sendiri. Tanpa kehadiran suami yang menemani, karena dipisahkan oleh ajal misalnya, atau oleh sebab yang lain. Berat itu pasti. Tapi cintanya yang sangat besar akan mengalahkan semua kesulitan dan rintangan. Tekadnya yang demikian besar terbangun, sehingga lahirlah anak-anak yang sukses dalam hidup dan kariernya, berkat sentuhan cinta dan pengorbanannya, meski semua dilakukannya berselimut derita dan rasa sepi.
Ibu kita mungkin menjadi salah satu perempuan yang merasakan kesepian itu dalam mendidik anak-anakanya. Kita, dan beberapa orang saudara kita barangkali hari ini semua telah menjadi orang-orang berhasil, punya pendidikan yang tinggi, menduduki sebuah jabatan penting, atau mengelola sebuah bisnis besar.
Mari kita kenang sejenak rasa sepi ibu waktu itu, di mana terkadang dia harus menutupinya dengan sebuah ‘kebohongan’ untuk mengalihkan perhatian kita, agar ia tidak tampak lelah mengurus dan membesarkan kita.
Seorang anak yang telah dewasa menuliskan kisah masa kecilnya kala bersama ibunya, yang tak pernah kenal lelah bekerja untuk dirinya dan adik-adiknya. Saat itu mereka hidup dalam keadaan amat sederhana. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika sedang makan, ibunya seringkali memberikan bagian nasinya untuknya. Sambil memindahkan nasi ke piring anaknya, si ibu berkata, “makanlah nak, aku tidak lapar”. Dia baru tersadar bahwa saat itu ibunya’berbohong’.
“Ketika saya mulai menginjak remaja, ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya selalu gigih dalam membantu ayah mencari nafkah. Berusaha apa saja ia lakoni demi mendapatkan sejumlah uang. Namun pernah satu kali ia tak mendapatkan bayaran atas usahanya, ia hanya mendapatkan upah dengan beberapa ekor ikan segar yang dimasaknya menjadi sebuah hidangan yang menggugah selera.
Sewaktu memakan makanan itu, ibu duduk di samping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa makanan kami. Melihat itu tentu saja aku tak tega dan menyodorkan ikan bagianku kepadanya. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. “Makanlah nak, ibu tidak begitu suka dengan daging ikan”, tuturnya. Dan aku kembali menyadari bahwa ibu telah kembali ‘berbohong’. Saat aku duduk di bangku SMA, demi membiayai uang sekolah itu, ibu rela mengerjakan sulaman barang-barang kerajinan yang didapatnya dari tetangga sebelah rumah. Sedikit demi sedikit ia selesaikan pekerjaan itu.
Saat itu aku terenyuh menyaksikan kegigihan ibu, karena hingga jam menunjukkan pukul satu malam ibu belum juga berhenti. Saat aku memintanya untk istirahat dan tidur, ia malah menyuruhku untuk tidur terlebih dahulu, sementara ia beralasan belum mengantuk.
Hari-hari terus berjalan, hingga pada waktu yang telah digariskan, ayah meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Setelah kepergian ayah, ibu yang malang harus merangkap menjadi ayah, membiayai keperluan hidup kami sendiri dan tiada hari tanpa penderitaan. Hingga banyak keluarga ibu yang menasehati ibu untuk kembali menikah, tetapi ibu menolaknya dengan mengatakan bahwa ia tak butuh cinta, dan aku tahu saat itu ibu ‘berbohong’.”
Perjuangan membesarkan anak adalah hari-hari yang penuh rasa sepi, dengan kesulitan yang terkadang belum bias kita cerna saat itu, atau mungkin hingga hari ini. Namun kita tak pernah mencoba untuk mengingatnya, untuk sekadar mengenang jasa manusia agung itu, yang telah memberikan segalanya untuk kita.
Rasa Sepi Ketika Ditinggal Anak-anaknya Merantau
Setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Dan karena itu, terkadang kita terpaksa meninggalkan kedua orang tua untuk mencoba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau kemana saja untuk tujuan apapun; menuntut ilmu, mencari rezeki, mengadu nasib, dan sebagainya.
Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul di relung hati seorang ibu. Anak yang sedari kecil diasuh penuh cinta, ditimang-timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, karena hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi merantau.
Mungkin kita adalah salah seorang anak yang telah membuat ibu merasa sepi, karena meninggalkannya untuk sementara demi mengejar cita-cita di negeri rantau. Hari ini, entah di manapun kita berada, mari sejenak bicara tentang rasa sepi ibu yang terus menyimpan cinta dan kasihnya pada kita sampai kapan pun. Mari sejenak kita merenungkan keadaannya, di kala kita sedang jauh dari sisinya. Apakah yang sedang dia lakukan? Mungkinkah saat ini, ia sedang duduk menghabiskan waktu sambil memandangi kali di depan rumah, yang dahulu selalu menjadi tempat bagi anak-anaknya menghabiskan waktu, berenang dan bermain hujan. Mereka saling dorong menceburkan did ke dalam air? Atau entah apa lagi yang ibu lakukan untuk mengusir kesendirian dan rasa sepinya yang tak kunjung berakhir.
Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita sampai kapan pun. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melempar ingatannya ke masa-masa lalu yang indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yang menggores kesan indah di hatinya.
Suatu sore di sebuah toko perbelanjaan, seorang lelaki muda yang sedang belanja bertemu dengan seorang perempuan tua yang terus memandangnya dengan mata tak berkedip. Lelaki itu merasakan keanehan dari tatapannya. Dia terus berjalan sembari mencari-cari barang yang hendak dibelinya, tapi tatapan si perempuan tua seperti terus mengikutinya.
Setelah mendapatkan barang belanjaannya, lelaki tersebut berjalan menuju kasir untuk membayarnya. Akan tetapi tiba-tiba perepuan tua tadi memotong langkahnya dan berdiri di depannya. “Maafkan nak,” kata perempuan itu. “Ibu minta maaf atas tatapan ibu tadi. Ibu tidak bermaksud apa-apa, hanya saja wajak anak ini mirip sekali dengan wajah anak saya yang suda lama pergi dan belum pulang sampai sekarang.”
Mendengarkan cerita si perempuan tua, ia pun mengerti kenapa tatapannya begitu tajam kepadanya. Rasa kasihan pun muncul di hatinya. “Kalau begitu, apa yang bisa saya bantu?” tanya anak muda itu, menawarkan bantuan kepada si ibu.
Setelah sejenak terdiam, si ibu menjawab, “Ada satu permintaan saya, kalau anak memang tidak keberatan.”
“Apa itu, Bu?” tanya si anak muda.
“Nanti kalau anak sudah mau keluar, tolong lambaikan tangan dan ucapkan ‘dadah’ buat ibu. Karena itulah yang selalu dilakukan anak ibu ketika akan pergi meninggalkan ibu. Mudah-mudahan dengan itu rasa rindu ibu kepada anak ibu bisa terobati.”
Selesai membayar barang belanjaannya, lelaki itupun melakukannya sembari melangkah pergi, membawa serta sebagian rasa sedih yang ada di hati si ibu.
Sederhana sekali permintaan si ibu. Tapi dengan itu, barangkali ada sejenak rasa sepi yang hilang dari hidupnya. Ibu kita mungkin saja menyimpan kerinduan seperti yang dirasakan perempuan tua itu terhadap kita. Tapi sayangnya, kita tak pernah menyadari dan membiarkan waktu terus berlalu tanpa mencoba mencari tahu. Karena itu, mari sejenak kita bicara di sini, tentang kesendirian ibu. Tentu agar kita teringat dan tersadar, serta kemudian mau sesekali mengobati rasa sepinya dengan rela meninggalkan kesibukan untuk sesaat pulang menemuinya, mencium tangannya.

“Copas dari sebuah artikel Majalah Tarbawi Edisi 219, 14 Januari 2010"

Minggu, 06 Februari 2011

Instalasi Ubuntu Sabily Al Quds 10.10

Sobat semua, tau gak Ubuntu telah merilis versinya yang terbaru yaitu Ubuntu Sabily Al-Quds 10.10. Versi Al Quds ini telah mengalami berbagai macam penyempurnaan dan yang lebih seru lagi program-program yang include lebih banyak, jadi gak usah repot-repot nginstal lagi. Untuk masalah tampilan, Ubuntu Sabily Al Quds lebih menarik, full effect, dan gak ngebosein, gak kalah lah sama Windows 7.

Nahh... kali ini saya akan coba berbagi ilmu bagaimana cara menginstall Ubuntu Sabily ini. Langsung saja dech ya, ikuti stet by step prosesnya...

1. Masukan DVD Installer Ubuntu Sabily Al-Quds, pastikan bootable-nya pada optical drive, maka akan tampil di layar komputer anda kotak dialog seperti di bawah ini, kemudian pilih Install Sabily.



2. Kemudian pilih forward untuk melanjutkan proses installasi

3. Kemudian pilih partisi yang akan kita pakai untuk OS Ubuntu Sabily, hati-hati jika salah memilih partisi maka data yang ada di komputer anda akan hilang semua, untuk amannya pilih Specify partitions manually (advance) lanjutkan dengan memilih forward

4. Pilih change untuk mengedit partisi, dan forward untuk melanjutkan proses instalasi

5. Isi time zone dengan mengisikan Jakarta, pilih forward untuk melanjutkan

6. Isi username dan pasword dan pilih fordward untuk melanjutkan, tunggu hingga proses instalasi selesai.
7. Jika semua proses instalasi telah selesai, akan ada perintah untuk merestart komputer, pilih restart untuk melengkapi konfgursi sistem. Linux Ubuntu Sabily Al-Quds siap untuk di pakai. Enjoy with Sabily Al Quds 10.10

Saatnya hijrah ke operating system yang open source...

Download Ubuntu Sabily Al Quds 10.1o

Sabtu, 29 Januari 2011

Kisah Wortel, Telur dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

Sumber : http://bloggerpurworejo.com