Sabtu, 21 Juli 2012

Sebuah Catatan Kecil, Bandung - Sangkali, Tasikmalaya


Minggu, 15 Juli 2012 kemarin saya dapet undangan ngisi materi “How Get Your Success Study” di acara MOPD di SMKN Pancatengah, Tasikmalaya. Sekolah tempat dampingan saat saya mengikuti program Pendampingan SMK Wilayah Jawa Barat dan Bengkulu akhir tahun 2010 lalu. Saya memilih berangkat hari Sabtu 14 Juli, dengan asumsi perjalanan yang menghabiskan waktu seharian karena macet dan memang lokasi yang nun jauh disana. Perjalanan yang lumayan panjang karena macet yang luar binasa, 8,5 jam (biasanya 5 jam) dari Bandung – Tasik bikin duduk dah gak nyaman aja (curcol :P). Sampai di SMK langsung di sambut dengan jamuan khas di sana, nasi liwet plus teman-temannya.

Papan Identitas MTs Sangkali Foto by Pri
Minggu, 15 juli saya mengisi acara MOPD dengan peserta ±220 orang. Saya membawakan materi “How Get Your Success Studyyang isinya kurang lebih bagaimana mengoptimalkan sukses di sekolah. Sukses yang bukan hanya sukses akademis saja, tapi juga sukses berorganisasi. Materi dan silaturahim dengan guru-guru plus obrolan-obrolan ringan tentang perkembangan sekolah pun selesai, sesuai rencana saya coba hubungi pak Anas dari Sangkali, Cikatomas dan mba Justina dari MI Cayur, Cikatomas. Oh iya, mba Justina ini salah seorang penggerak sosial dan pendidikan di daerah Cayur, Cikatomas yang sekarang menangani MTs Cayur. Sedangkan Pak Anas merupakan pengelola yayasan pendidikan didaerah Sangkali, Cikatomas. Nasib sekolah yang sedang mereka kelola asalnya mati segan hidup pun tak mau, sampai akhirnya melalui tangan-tangan mereka lah sekolah ini kembali merangkak maju, menjemput para anak-anak bangsa untuk menancapkan cita-citanya halahh. 

 "Museum" MTs Sangkali, foto by : Pri
Akhirnya kami pun bertemu di SMKN Pancatengah, dilanjutkan dengan sharing tentang kondisi daerah dan sekolah yang mereka kelola. Setelah diskusi panjang lebar lalu diputuskanlah untuk mengunjungi desa Sangkali, tempat pak Anas mengelola sekolah MTs Sangkali. Karena hari semakin sore, keputusan segera diambil dan berangkatlah kita menuju desa Sangkali dengan kondisi jalan beroffroad ria. Tepat adzan magrib kita sampai di rumah pak Anas. Setelah shalat magrib saya langsung dikenalkan sama keponakan pak Anas, kang Anton. Beliau salah seorang pemuda yang berpengaruh didaerah Sangkali.  Karya nyata kang Anton ialah membuat irigasi dan kirmir di daerah Desa Sangkali dan sekarang sedang mengkonsep membuat WTP (Water Treatment Plant) untuk menglirkan air dari sumber mata air yang selanjutnya dialirkan ke rumah-rumah warga. Daerah Sangkali memang terbilang sangat susah air. Ketika musim kemarau, sudahlah pasti akan kesulitan air, dan kebanyakan warga di Sangkali mengambil air melalui pipa-pipa yang di sambungkan ke mata air yang jauhnya sekitar 2km.
Curug Dendeng, Niagara nya Tasikmalaya
Pagi hari, Senin,16 Juli saya diajak berkeliling di daerah Sangkali, melihat-lihat sekolah MTs Sangkali plus “Museum” MTs Sangkali. Dinamakan museum karena bangunan inilah bangunan pertama MTs Sangkali, bangunannya tua yang sudah sudah kusam dengan tambalan di sana sini. Namun dengan kondisi bangunan yang seperti itu, bangunan ini masih kerap kali dipakai untuk proses belajar mengajar, karena kondisi ruangan yang masih kurang untuk menampung siswa. MTs Sangkali di dirikan sejak tahun 1980 (kalo gak salah nagkep :p) dengan sumber dana dari swadaya keluarga dan masyarakat sekitar. Hingga saat ini MTs Sangkali masih mengandalkan sumber dana dari swadaya masyarakat dan sedikit bantuan dari pemerintah melalui program BOS. MTs Sangkali telah memiliki ruangan baru plus satu ruangan "museum" yang masih kerap dipakai dalam proses belajar mengajar. Saya pun diajak untuk melihat kondisi RA (PAUD) dengan aktivitas anak-anak yang kelibihan tenaga berlarian kesana kemari dan MI Sangkali yang menjadi supply utama siswa ke MTs Sangkali.

Siang harinya saya diajak mengunjungi curug yang ada di daerah sana, Curug Dendeng namanya. Curug ini berada di perbatasan daerah Cikatomas dan Pancatengah, sayang sekali saat mengunjungi curug Dendeng airnya sedang surut. Jika kondisi air di curug ini sedang besar, nih curung mirip Sungai Niagara, yah Niagara yang tersembunyi di pedalaman Tasikmalaya. Kami pun segera menyantap perbekalan yang memang sengaja dibawa, ikan bakar dengan teman-temannya :D 

Pukul 15.20 kami sudah kembali di kediaman pak Anas, kemudian berdiskusi kembali, apakah akan jadi juga silaturahim ke Desa Mandalamekar atau tidak, mengingat waktu yang sangat sempit, karena saya hari Selasa, 17 Juli harus sampai di Bandung.

****Bersambung****